A. Pengertian Zat Aditif
Zat aditif makanan adalah semua bahan yang ditambahkan ke
dalam makanan selama proses pengolahan, penyimpanan, atau pegepakan makanan.
Pada awalnya, orang hanya menggunakan bahan aditif makanan yang alami, seperti
gula, cabe, kunyit, garam, dan merica. Akan tetapi, dengan perkembangan
industri makanan yang membutuhkan bahan dalam jumlah yang besar dan waktu
penyimpanan yang lebih lama, orang mulai memproduksi dan menggunakan bahan
sintetis, Berdasarkan fungsinya, zat aditif makanan dapat digolongkan ke dalam
pewarna, pemanis, pengawet, penyedap, anti oksidan, penambah gizi, pengemulsi,
pengatur keasaman, pembentuk serat, anti kempal, pemutih atau pemucat,
perenyah, pengisi, pemantap, zat pengering, pencegah buih, pengkilap/pelembab,
dan pencegah lengket.
B.
Bahan
Tambahan Pada Makanan
1. Bahan pengawet
Dalam
bukunya Tri Dewanti (2006) berikut ini dibahas jenis bahan tambahan makanan
yang dibatasi dan yang dilarang penggunaannya karena dampaknya yang berbahaya
bagi manusia. Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya
sangat menusuk. Formalin biasanya digunakan sebagai bahan perekat untuk kayu
lapis dan desinfektan untuk peralatan rumah sakit serta untuk pengawet mayat.
Formalin dilarang digunakan untuk pengawet pangan. Formalin sangat berbahaya
jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Jika terhirup dapat menyebabkan
iritasi saluran pernafasan, jika mengenai kulit dapat menyebabkan luka bakar,
reaksi alergi, jika tertelan akan menyebabkan rasa terbakar pada mulut,
tenggorokan dan perut, sakit menelan, mual dan muntah, sakit kepala, kejang
hingga koma. Dapat pula merusak hati, jantung, otak, ginjal, syaraf. Konsumsi
dalm jangka panjang akan menyebabkan kanker. Jika tertelan formalin sebanyak 30
ml (3 sendok makan) menyebabkan kematian. Bahan pengawet seperti dietilpirokarbonat (DEP),
kloroform, dan nitrofuran (ketiganya dilarang penggunaannya). Sedangkan bahan
lainnya adalah natrium sulfite dan kalium sulfite, asam benzoat, natrium
benzoat, Propil p-hidroksi benzoate, serta natrium dan kalium nitrit (dibatasi
penggunaannya atau diatur dosisnya).
Untuk
asam benzoat dan natrium benzoat bisa menimbulkan reaksi alergi dan penyakit
saraf. Sedangkan natrium dan kalium nitrit, dapat menyebabkan efek seperti
kegagalan reproduksi, perubahan sel darah, tumor pada saluran pernapasan, dan
bisa menimbulkan efek toksik pada manusia di jaringan lemak. Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih tidak
berbau dan stabil pada suhu dan tekanan dan tekanan normal. Boraks merupanan
senyawa kimia dengan nama natrium tetraborat (NaB4)2lOH). Jika larut dalam air
akan menjadi hidroksida dan asam borat (H2BO). Salah satu bentuk turunan borak
yang sering disalahgunakan untuk pangan adalah bleng. Boraks atau asam boraks biasanya
digunakan untuk bahan pembuat deterjen, mengurangi kesadahan air dan
antiseptik. Boraks dilarang digunakan untuk pangan. Boraks sangat bahaya
jika terhirup, mengenai kulit, mata dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat
berupa iritasi pada saluran pencernaan, iritasi pada kulit dan mata, mual,
sakit kepala, nyeri hebat pada perut bagian atas. Jika dikonsumsi dalam jangka
panjang akan menyebabkan kerusakan ginjal, kegagalan sistem sirkulasi akut
bahkan kematian. Konsumsi boraks 5-10 gram oleh anak-anak dapat menyebabkan
shock dan kematian.
Tri
Dewanti (2006) bahan pewarna makanan seperti Rhodamin B, Methanil Yellow, amaranth, allure merah, citrus
merah, karamel, erythrosin, indigotine, karbon hitam, Ponceau SX, fast green
FCF, chocineal, dan kurkumin dibatasi penggunaannya. Rhodamin B adalah pewarna sintetis berbentuk serbuk kristal merah keunguan
dan dalam larutan akan berwarna merah terang berpendar. Rhodamin B biasa
digunakan untuk industri tekstil dan kertas. Rhodamin B dilarang digunakan
untuk pewarna pangan. Methanil Yellow atau kuning metanil adalah zat pewarna
sintetis berwarna kuning kecoklatan dan berbentuk padat atau serbuk yang
digunakan untuk pewarna tekstil (kain) dan cat. Methanil Yellow dilarang
digunakan untuk pangan. Bahaya akut Rhodamin B dan methanil yellow bila
tertelan dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan. Jika terpapar pada
bibir dapat menyebabkan bibir pecah-pecah, kering, gatal, bahkan kulit bibir
terkepulas. Bahaya kronis akibat konsumsi dalam jangka panjang menyebabkan
gangguan fungsi hati, gangguan kandung kemih, bahkan kanker. Amaranth dapat menimbulkan tumor,
reaksi alergi pada pernapasan, dan dapat menyebabkan hiperaktif pada anak-anak.
Allura merah bisa memicu kanker limpa. Karamel dapat menimbulkan efek pada
sistem saraf, dan dapat menyebabkan penyakit pada sistem kekebalan. lndigotine
dapat meningkatkan sensitivitas pada penyakit yang disebabkan oleh virus, serta
mengakibatkan hiperaktif pada anak-anak. Pemakaian Erythrosin menimbulkan
reaksi alergi pada pernapasan, hiperaktif pada anak-anak, dan efek yang kurang
baik pada otak dan perilaku. Ponceau SX dapat berakibat pada kerusakan sistem
urin, sedangkan karbon hitam dapat memicu timbulnya tumor.
3.
Pemanis sintetis
Tri
Dewanti (2006) bahan pemanis sintetis seperti dulsin, aspartam, xyllotil,
siklamat, dan sakharin yakni natrium dan kalium sakarin, dilarang
penggunaannya. Pemanis aspartam dapat mengakibatkan penyakit fenilketonuria,
memicu sakit kepala, pusing-pusing, dapat mengubah fungsi otak dan perilaku.
Siklamat mempengaruhi hasil metabolismenya karena bersifat karsinogenik.
Sakarin, yang nama kimia sebenarnya adalah natrium sakarin atau kalium sakarin
penggunaan yang berlebihan dapat memicu terjadinya tumor kandung kemih, dan menimbulkan rasa pahit getir.
Sedangkan penggunaan xyllotil akan berimplikasi pada timbulnya kanker karena
bersifat karsinogenik (merangsang kanker).
4. Penyedap rasa
Tri
Dewanti (2006) penyedap rasa dan aroma seperti kafein, brominasi minyak nabati,
monosodium glutamate (MSG), dan asam tannin, semuanya dibatasi penggunaannya.
Pemakaian kafein yang berlebihan akan merangsang system saraf, pada anak-anak
menyebabkan hiperaktif, dan memicu kanker pankreas. Monosodium glutamate
menyebabkan sakit kepala, memicu jantung berdebar, mudah lemah, menyebabkan
mati rasa (Chinese Restorant Syndrome), bias menyebabkan asma, kerusakan saraf,
dan efek psikologi. Brominasi minyak nabati dapat menyebabkan abnormalitas pada
beberapa anatomi, sedangkan penggunaan asam tarin yang berlebihan dapat
merangsang kerusakan liver, dan memicu timbulnya tumor.
5. Bahan pemutih
Tri
Dewanti (2006) bahan pemutih seperti benzoilperioksida harus dibatasi
penggunaannya karena merusak vitamin C, bersifat karsinogenik dan menimbulkan
reaksi alergi. Bahan sekuestran seperti asam Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA),
bias menimbulkan gangguan pada absorpsi mineral-mineral esensial seperti
tembaga, besi, dan seng. Bahan tambahan makanan yang digunakan untuk
memperbaiki tekstur, yaitu karboksimetil
selulosa, epikklorohidrin, natrium dan kalsium karagenan, polieksietilen
stearat, saponin, dan natrium alginat.
Penggunaan
karboksimetil selulosa dapat menyebabkan gangguan pada usus, dan bersifat
karsinogenik. Saponin mengakibatkan efek pada masa kehamilan, dan gangguan
darah. Karagen bisa memicu luka pada hati, efek pada sistem imun, karsinogenik,
dan menyebabkan bisul pada perut.
Penggunaan
berlebihan dari Epikklorohidrin dapat menyebabkan kerusakan ginjal,
karsinogenik, dan bahkan efek perubahan pada kromosom. Polieksietilen stearat
dapat menyebabkan efek pada usus lambung dan urin, seperti batu pada tumor, dan
kandung kemih. Sedangkan penggunaan natrium alginat dapat menyebabkan reaksi
alergi dan penyerapan pada mineral esensial. Beberapa bahan tambahan makanan
seperti pembentuk cita rasa seperti koumarin, safrol, minyak kalamus, dan
sinamil antranilat, semuanya dilarang).
6. Bahan
antioksidan
Bahan
antioksidan seperti asam askorbat, BHA, tert-butihidrokinon, dan tokoferol
harus dibatasi penggunaannya. Bahan antibusa seperti dimetilpolisiloksan
dibatasi. Bahan pengental seperti metilsellulosa, CMC, asam alginat, harus
dibatasi penggunaannya. Bahan pemantap seperti propilenglikol, harus dibatasi
penggunaannya. Endang Srieatimah (2006)
Sumber :
http://www.smallcrab.com/kesehatan/1156-empat-jenis-bahan-berbahaya-yang-sering-disalahgunakan-pada-pangan
http://elib.unikom.ac.idfilesdisk1538jbptunikompp-gdl-ajiedwipra-26860-4-unikom_a-i.pdf